.PENGORGANISASIAN DEPARTEMENSI
Dalam
kehidupan nyata, orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan bersama, kegiatan yang dilakukan tersebut menandakan suatu
lembaga atau kelompok fungsional atau biasa disebut dengan istilah
“organisasi”. Organisasi dalam hal ini bisa terdapat pada badan usaha,
instansi pemerintah, lembaga pendidikan, militer, kelompok masyarakat
atau suatu perkumpulan olah raga.
Suatu organisasi perlu untuk
mengalokasikan dan menugaskan kegiatan diantara para anggotanya agar
tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai dengan efisien. Oleh
karena itu, didalam bab ini akan diungkapkan mengenai bermacam-macam
aspek proses pengorganisasian yang tentu saja berkenaan dengan
pencapaian tujuan organisasi.
Kata Organisasi mempunyai dua
pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau
kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit,
perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olah raga. Pengertian kedua
berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana
kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para
anggotanya agar tujuan organisasinya dapat tercapai dengan efisien.
Pengorganisasian
(Organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses
penyusunan struktur organisasi adalah departementalisasi, yaitu
merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar
kegiatan-kegiatan yang sejenis yang saling berhubungan dapat dikerjakan
bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi,
dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pembagian kerja
adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam
organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan
yang terbatas. Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif.
1.1 PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Istilah
pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah tersebut
dapat digunakan untuk menujukkan hal-hal berikut ini :
1. Cara
manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif
sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja
organisasi.
2. Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan para karyawan.
3.
Cara dalam mana para manejer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang
harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang
yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dari tiga hal
diatas dapat disimpulkan bahwa Pengorganisasian merupakan suatu proses
untuk merancang anggota struktur formal, mengelompokkan dan mengatur
serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota
organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dengan
sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya baik intern
maupun ekstern.
Dua aspek utama dalam organisasi yaitu departementasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar proses pengorganisasian.
James
D. Mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersana, “ sedang Chester I. Bernard
memberikan pengertian organisasi yaitu suatu system aktivitas kerjasama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi merupakan proses
untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta
membagi tugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan.
Jadi organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan : kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Organisasi dalam arti bagan : gambaran skematis tentang hubungan
kerjasama dari orang-orang yang terlibat dalam organisasi untuk mencapai
tujuan bersama.
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4. Adanya kehendak untuk bekerja sama.
TEORI-TEORI ORGANISASI
Teori-teori organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.
a. Teori organisasi klasik :
Teori klasik disebut juga teori tradisional, yang berisi tentang organisasi mulai abad 19.
-Teori
klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-
kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan,
komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi bila orang-orang bekerja
sama.
-Teori klasik berkembang dalam tiga aliran yang dibangun atas
dasar anggapan-anggapan yang sama, yaitu : teori birokrasi, teori
administrasi dan teori manajemen ilmiah.
1. Teori birokrasi :
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam buku “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism”.
Karakteristik birokrasi menurut Weber adalah :
- Pembagian kerja yang jelas
- Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
- Program rasional dalam pencapaian tujuan organisasi
- Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
- Sistem aturan yang mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan
- Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal
2. Teori Administrasi :
Teori ini dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi yaitu :
- Pembagian kerja
- Wewenang dan tanggung jawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan pengarahan
- Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi
- Balas jasa
- Sentralisasi
- Rantai scalar
- Aturan
- Keadilan
- Kelanggengan personalia
- Inisiatif
- Semangat korps
Teori fungsionalisme Fayol yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan.
3. Manajemen ilmiah
Manajemen ilimiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik “a bag of tricks” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
b. Teori organisasi neoklasik
Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran hubungan manusiawi.
Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik telah mengemukakan perlunya hal-hal sebagai berikut :
1. Partisipasi
2. Perluasan kerja sebagai kebalikan dari pola spesialisasi
3.
Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada para junior
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak
c. Teori oraganisasi modern
Teori
modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat kompleks,
dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable, dan
probabilistic.
Teori modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan
universal yang selalu muncul pada system manusia dalam perilakunya
berorganisasi yaitu :
- Komunikasi
- Konsep keseimbangan
- Proses pengambilan keputusan
2. STRUKTUR ORGANISASI
Didefinisikan
sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur ini
terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran
satuan kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi pencapaian tujuan.
2. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan membedakan bentuk struktur organisasi.
3.
Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga
lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur
perusahaan.
4. Besarnya satuan oraganisasi dan satuan kerja mempengaruhi struktur organisasi.
Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan
2. Koordinasi kegiatan
3. Standarisasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja
1.2 BENTUK-BENTUK ORGANISASI
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bentuk Piramidal
2. Bentuk Vertikal
3. Bentuk Horisontal
4. Bentuk Melingkar
Bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
Merupakan
bentuk organisasi tertua dan paling sederhana, diciptakan oleh Henry
Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasinya masih kecil,
jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi kerja
belum tinggi.
Kebaikannya :
• Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
• Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan.
• Proses pengambilan keputusan cepat.
• Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas.
• Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
•
Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak
mampu melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam
kehancuran.
• Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
• Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Dianut
oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang tugas
yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya banyak. Staf
yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan
saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan di dalam organisasi.
Kebaikannya :
• Dapat digunakan dalam organisasi yang besar maupun kecil, serta apapun tujuan perusahaan
• Terdapatnya pembagian tugas antara pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adaya staf ahli.
• Bakat yang berbeda yang dimiliki oleh setiap karyawan dapat ditentukan menjadi suatu spesiali-sasi.
• Prinsip penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
• Pengambilan keputusan dapat cepat walaupun banyak orang yang diajak berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam satu tangan.
• Koordinasi lebih baik karena adanya pembagian tugas yang terperinci.
• Semangat kerja bertambah besar karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
• Rasa solidaritas menjadi berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling mengenal.
•
Perintah-perintah menjadi kabur dengan nasehat dari staf, karena atasan
dengan staf dapat terjadi adanya perintah sendiri-sendiri padahal
kewenangannya berbeda.
• Kesatuan komando berkurang.
• Koordinasi kurang baik pada tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan tugas.
3. Organisasi Fungsional
Organisasi
yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan. Organisasi ini dipakai
pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikkanya :
• Pembidangan tugas lebih jelas.
• Spesialisasi karyawan lebih efektif dan dikembangkan.
• Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
• Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Kelemahannya :
• Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja
• Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
• Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
• Segala keputusan dipertimbangkan masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan terperinci.
• Kemungkinan pimpinan bertindak otoriter sangat kecil.
• Koordinasi kerja telah dibahas oleh suatu team.
Kelemahannya :
• Proses pengambilan keputusan memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.
• Tanggung jawabnya tidak jelas, karena tanggung jawabnya sama.
• Kreatifitas karyawan terhambat dan sukar untuk dikembangkan, karena faktor kreatifitas lebih dipentingkan.
5. Organisasi Formal dan Informal
Ragam
arti organisasi banyak sekali seperti organisasi statis, organisasi
dinamis, organisasi formal, organisasi informal, organisasi tunggal,
organisasi jamak, organisasi daerah, organisasi regional, organisasi
negara, organisasi internasional dan lain sebagainya. Ada beberapa saja
yang akan dibahas di sini, yaitu :
1. Organisasi Statis
Yaitu gambaran skematis hubungan-hubungan kerjasama yang terdapat dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan.
2..Organisasi Dinamis
Yaitu
kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organisasi,
mengadakan departementasi dan menetapkan wewenang, tugas dan tanggung
jawab.
3. Organisasi Formal
Yaitu sistem kerjasama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dikoordinir untuk mencapai
suatu tujuan yang ditetapkan secara rasional.
4.Organisasi Informal
Yaitu
kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang tidak
dikoordinir untuk mencapai tujuan yang disadari tapi akhirnya mempunyai
tujuan bersama, dimana kedudukan dan fungsi-fungsi yang dilakukan tampak
kabur.
DEPARTEMENTASI (DEPARTEMENTATION)
Efesiensi
kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang
bermacam-macam dalam organisasi. Proses penentuan cara bagaimana
kegiatan dikelompokkan disebutkan departementasi. Macam bentuk
departementasi yaitu :
1. Departementasi Fungsional
Mengelompokkan
fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk membentuk satuan
organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk
dasar departementasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan
bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. Gambar 6.1
menunjukkan departementalisasi fungsional yang digunakan pda tingkatan
manajemen puncak dalam membagi empat fungsi utama bisnis-produksi,
pemasaran, keuangan dan personalia (kepegawaian).
Kebaikannya :
• Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama
• Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi
• Memusatkan keahlian organisasi
• Memungkinkan pengawasan mana-jemen puncak terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.
Kelemahannya :
• Menciptakan konflik antar fungsi
• Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
• Umpan balik yang lambat
• Memusatkan pada kepentingan tugasnya
• Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
2. Departementasi Devisional
Dengan
membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan
proses, dimana tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan
produknya sendiri. Organisasi divisional dapat mengikuti pembagian
divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan
proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar
produk. Setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau
sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi
produk adalah pola logik yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk
mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat
Struktur
Organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah,
kadang-kadang juga disebut departementalisasi daerah, regional atau
geografis, adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana
operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan
usahanya. Faktor-faktor lokasi yang terutama menjadi pertimbangan adalah
sumber bahan mentah, pasar dan tenaga kerja. Perusahaan yang menjual
produknya diberbagai wilayah yang tersebar luas, dapat membaginya
menjadi kelompok-kelompok wilayah dengan manajer tersendiri (area
manager) untuk setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan jasa, perbankan dan
peruahaan-perusahaan bukan manufakturing lainnya lazin diorganisasikan
atas dasar wilayah, dengan membuka kantor-kantor cabang.
Struktur
organisasi divisional atas dasar langganan. Departementalisasi
langganan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada
penggunaan produk atau jasa tertentu. Pembentukan divisi ata dasar
langganan ini terutama digunakan dalam pengelompokan kegiatan-kegiatan
penjualan atau pelayanan, dan diperlukan bila suatu divisi menjual
sebagian besar atau semua produknya kepada suatu kelas langganan
tertentu. Sebagai contoh, perusahaan elektronika mungkin mempunyai
divisi-divisi yang terpisah untuk langganan militer, industri dan
konsumen. Sebagai suatu pedoman umum, perusahaan-perusahaan
manufacturing dengan garis produk yang sangat beraneka ragam cenderung
diorganisasikan atas dasar langganan atau produk
Struktur
organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan.
Departementalisasi proses atau peralatan adalah pengelompokan
kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Hal ini
sering dijumpai dalam departemen produksi. Kegiatan-kegiatan suatu
pabrik menufacturing dapat dikelompokkan menjadi departemen-departemen
pemboran, penggilingan, penggergajian, perakitan dan penyelesaian
terakhir. Tipe departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila
mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan memerlukan
ketrampilan-ketrampilan pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis
bila kapasitas digunakan sepenuhnya. Pendekatan proses atau peralatan
terutama ditentukan atas dasar pertimbangan ekonomis.
Tidak
seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai perusahaan yang
terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan perhatiannya pada operasi
divisinya, bertanggung jawab atas laba atau rugi, dan bahkan mungkin
bersaing dengan satuan-satuan lainnya dalam perusahaan yang sama. Tetapi
suatu divisi bukan merupakan kesatuan yang bebas seperti halnya
perusahaan yang terpisah. Dalam hal ini, seorang manajer divisi tidak
dapat membuat keputusan-keputusan sebebas pemilik perusahaan terpisah,
karena dia masih harus melaporkan kegiatannya kepada direktur pusat.
Sebagai pedoman umum, wewenang kepada divisi terbatas bila
keputusan-keputusannya akan mempengaruhi kegiatan divisi-divisi lain.
• Struktur organisasi divisional atas dasar produk
Setiap
departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang berhubungan.
Struktur ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan metode pemasaran
sangat berbeda.
• Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Pengelompokkan
kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau menjalankan
usahanya. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah bahan baku, tenaga
kerja, pemasaran, transportasi dan lain sebagainya.
• Struktur organisasi divisional atas dasar langganan
Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk, terutama dalam kegiatan pengelompokkan penjualan, pelayanan.
3. Departemensi Proyek
Merupakan
bentuk departementasi campuran.ini dilakukan dengan mengkombinasikan
kebaikkan-kebaikkan dari system fungsional dan divisional dengan
menghindarkan segala kelemahannya.
Organisasi Proyek Murni
• Proyek terpisah dan organisasi induk.
•
Menjadi organisasi tersendiri dalam staf teknis tersendiri,
administrasi yang terpisah dari ikatan dengan organisasi induk, laporan
kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek.
• Pimpinan
dalam hal ini manajer proyek bisa melakukan pembangunan sumber
daya dari luar berupa sub kontraktor atau supplier selama sumberdaya itu
tidak bersedia atau tidak bisa dikendalikan dalam organisasi.
Kelebihan
• Manajer proyek (MP) mempunyai wewenang penuh untuk mengelola proyek.
• Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggungjawab terhadap manajer proyek.
• Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer proyek dengan eksekutif secara langsung.
•
Bila ada proyek yang sejenis berturut‐turut, organisasi ini bisa
memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi dalam
penguasaan teknologi tertentu.
• Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat keputusan bisa cepat dilakukan.
• Adanya kesatuan komando.
• Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
• Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.
Kelemahan
•
Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang harus dikerjakan,
biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri sumberdaya, sehingga
terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
• Struktur ini akan menambah
biaya yang cukup mahal bagi Organisasi induk, karena biasanya akan
berdiri sendiri dengan staf yang penuh.
• Sering kali manajer proyek
menumpuk sumberdaya secara berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis
dan teknologi sewaktu-waktu diperlukan.
• Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang bagaimana nasib
pekerja proyek yang ada.
• Ketidakkonsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan memakai alas an “memenuhi permintaan klien”.
Memilih Bentuk Organisasi Proyek
•
Frekuensi adanya y proyek baru : berapa sering suatu perusahaan
mendapat proyek dan sejauh mana perusahaan induk tersebut terlibat
dengan aktivitas
proyek.
• Berapa lama proyek berlangsung
• Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja, modal dan sumberdaya
yang dibutuhkan.
• Kompleksitas hubungan : jumlah bidang fungsional yang terlibat dalam proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.
4. Departemensi Matriks.
Pada
prinspinya sama dengan system proyek, tapi disini para karyawan
mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua wewenang. Rantai
perintah pertama yaitu, fungsional, yang wewenangnya mengalir secara
vertical. Kadua yaitu rantai perintah lateral atau horizontal,
wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer proyek,
sehingga menyerupai matrix dalam lalu-lintas aliran wewenang.
Kebaikkan :
• Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer fungsional.
• Mengembangkan keterampilan dan kreativitas karyawan serta fleksibilitas kepada organisasi/
•
Melibatkan motivasi dan menantang karyawan serta memperluas pandangan
manajemen terhadap masalah strategi perusahaan yang akhirnya membebaskan
manajemen puncak untuk perencanaan.
• Menstimulasi kerja sama antar displin dan mempermudah kegiatan perusahaan dengan orientasi obyek.
Kelemahan :
• Adanya pertanggungjawaban ganda dan kebijaksanaan yang kontradiktif
• Memerlukan koordinasi vertical dan horizontal.
• Memerlukan lebih banyak keterampilan antar pribadi.
• Menimbulkan resiko timbulnya perasaan anarki.
• Sangat mahal untuk diimplentasikan.
• Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah perdebatan daripada kegiatan.
Matriks
dan organisasi proyek murni cocok untuk proyek berskala menengah dan
besar, kompleksitas tinggi, beresiko tinggi, batasan waktu ketat.
Organisasi fungsional cocok untuk proyek dengan skala relatif kecil, resiko kecil, waktu fleksibel.
sumber : efankhonghucu.blogspot.com