Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan Perilaku
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya
menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi dua
gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1)
yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented).
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada
penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas
selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya
diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat
waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan
cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih
memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat
sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai
pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam
hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran
perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
- High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
- High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
- Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan
hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan
dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
- Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal
akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan
gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa teori kepemimpinan
berdasarkan perilaku yang terkenal di kalangan para peneliti. Teori
tersebut antara lain studi lowa, studi ohio, studi Michigan, Rensis
Likert, dan Reddin.
- Studi Lowa. Studi ini meneliti kesukaan terhadap 3 macam gaya kepemimpinan, yaitu gaya otoriter, gaya demokratis dan gaya laizes faire. Hasil penelitian mengatakan bahwa kebanyakan suka gaya kepemimpinan demokratis.
- Studi Ohio. Studi ini berusaha mengembangkan angket deskripsi
perilaku kepemimpinan. Peneliti merumuskan bahwa kepemimpinan itu
sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan
tertentu, yang terdiri dari dua dimensi, yaitu struktur pembuatan
inisiatif dan perhatian. Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan pada
pencapaian tugas. Perhatian menunjukkan perilaku pemimpin pada hubungan
dengan bawahannya.
- Studi Michigan. Penelitian ini mengidentifikasi dua konsep gaya
kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada
produksi. Pemimpin yang berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya
hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting. Pemimpin
yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek
teknik-teknik kerja.
- Empat sistem kepemimpinan dalam manajemen Likert. Menurut Likert, pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participatif management. Gaya
ini menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi
pada bawahan dan komunikasi. Likert merancang empat sistem kepemimpinan
dalam manajemen sebagai berikut:
- Exploitative Authoritative (Otoriter yang Memeras)
- Benevolent Authoritative (Otoriter yang baik)
- Cosultative (Konsultatif)
- Participatif (Partisipatif).
Likert menyimpulkan bahwa penerapan sistem 1 dan 2 akan menghasilkan
produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan sistem 3 dan 4 akan
menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Memahami gaya kepemimpinan seseorang sangatlah kompleks, sehingga
memunculkan berbagai gaya yang bervariasi satu sama lain. Dari berbagai
kombinasi gaya kepemimpinan lahir gaya kepemimpinan dasar yang terdapat
pada diri seorang pemimpin (Hersey dan Blanchart, 1977) seperti dikutip
oleh Nanang Fattah.
- Tiga dimensi gaya kepemimpinan menurut Reddin.
Sedangkan menurut Reddin (1970) dalam bukunya
“ Manajerial Effectiveness” dijelaskan bahwa penambahan komponen efektivitas pada dua dimensi kepemimpinan yang sudah ada (
dimensi tugas dan dimensi hubungan) sistem misi manajerial (
manajerial Grid)
dari Blake dan Mounton yang disarikan oleh Nanang Fatah (1996:94)
mengidentifikasikan selang perilaku manajemen atas dasar berbagai cara
yang membuat gaya berorientasi kepada tugas dan gaya yang berorientasi
kepada karyawan, masing-masing dinyatakan sebagai suatu rangkaian
kesatuan pada skala 1 sampai 9 yang berinteraksi satu sama lain tentang
kisi-kisi manajerial
(manajerial Grid).
Gaya kepemimpinan yang dibawah tergolong pemimpin miskin (
impoverished management)
dengan perhatian yang rendah orang dan rendah terhadap tugas. Gaya
kepemimpinan di atas adalah kekeluargaan (country club) perhatian yang
tinggi kepada karyawan, tetapi rendah perhatian terhadap tugas. Gaya
pemimpin di atas tapi keras adalah manajemen tugas atau gaya otoriter
yakni perhatian tinggi terhadap tugas, tetapi rendah perhatian pada
orang. Gaya pemimpin landai/tengah-tengah adalah gaya manajemen jalan
tengah (middle road) sedang-sedang saja pada tugas maupun pada orang.
Gaya demokratis adalah gaya manajemen kelompok atau demokratis yakni
perhatian yang tinggi baik kepada tugas maupun pada orang dan gaya ini
biasanya lebih efektif dan mendapat dukungan kuat dari anggota
organisasi.