Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah Menuju Kepemimpinan Efektif
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang
dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan
kontrol dan seterusnya. Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan
yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa referensi menemukan 6
karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam karakter tersebut antara
lain:
- Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
- Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
- Memahami otentitas struktur organisasi.
- Memahami otentitas kekuatan organisasi.
- Memahami otentitas misi organisasi.
- Memahami otentitas makna organisasi.
Hodge mengatakan, sebagaimana yang dikutip Danim, ciri atau
karakteristik seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua
sifat penting, yaitu mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas
mereka. Berikut ini adalah perincian pendapat Hodge tentang sepuluh
karakteristik pemimpin yang efektif.
- Memiliki misi.
- Pemimpin yang efektif memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan membuat misi menjadi kenyataan.
- Pemimpin yang efektif memenangi dukungan untuk visinya dengan
memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai
individu.
- Pemimpin yang efektif secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya.
- Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling efisien dan efektif.
- Pemimpin yang efektif secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuan.
- Pemimpin yang efektif tidak mencoba menjadi orang lain.
- Pemimpin yang efektif secara alami mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektifitas alam.
- Pemimpin yang efektif menarik orang lain.
- Pemimpin yang efektif terus mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan yang baru.
Dalam upaya menuju kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif,
setidaknya para pemimpin harus dilatih sesuai dengan corak pendekatan
perilaku. Latihan-latihan itu dapat diwujudkan melalui:
Meneladani Seorang Tokoh
(Al-Qudwah)
Yaitu melalui magang dengan seorang pemimpin yang berpengaruh,
melihat sikap dan perilakunya. Tetapi dengan metode seperti itu akan
timbul dua catatan,
pertama, bahwa kesalahan dapat berpindah
secara terselubung yang kadang dapat membunuh atau menghancurkan, karena
ketidak mampuan sosok yang dilatih ini merupakan tanggung jawab sang
tokoh.
Kedua, merealisir apa yang dinamakan
personifikasi,
yang merupakan penjelmaan potret pemimpinnya. Oleh karena itu, kita
tidak dikatakan telah mendidik seorang pemimpin baru, tetapi itu seperti
seseorang yang berhenti berjalan untuk beberapa saat dan tidak dapat
melangkah walau satu langkah serta tidak tahu penyebabnya. Karena kita
hanya menjiplak seorang pemimpin teladan secara bulat dengan seluruh
aspek positif dan negatifnya.
Latihan Bersikap.
Yaitu melalui pemberian tanggung jawab pada sesorang yang dilatih
untuk memimpin sebuah diskusi, mengurus kepanitiaan, mengelola pekerjaan
atau melaksanakan sebuah tugas penting. Ia dipantau oleh panitia khusus
yang akan mengevaluasi, memperbaiki atau memepersiapkan kader pemimpin
tersebut untuk mengikuti kursus kepemimpinan.
Sehingga dari upaya itu setidaknya ia akan dijamin dapat merealisasikan dua hal:
- Memiliki kemahiran memimpin.
- Mampu mentransfer informasi.
Dari Ath-Thabrani, seseorang berkata: Rasulullah SAW menugaskan
seorang sahabat untuk memimpin sebuah pasukan kavaleri. Setelah selesai
ia kembali dan Rasulullah SAW bertanya kepadanya: “
Bagaimana engkau mendapatkan kepemimpinan itu? Ia berkata:
“Aku seperti bagian kaum. Jika aku menaiki kendaraanku, mereka ikut naik, dan jika aku turun mereka iktut turun”. Maka Nabi SAW bersabda: “
Sesungguhnya kekuasaan itu berada diambang kesulitan, kecuali orang yang dipelihara Allah”. Dan lelaki itu berkata: “
Demi Allah, aku tidak akan mau lagi bekerja (sebagai pemimpin) untukmu atau orang lain”.
Lalu tersenyumlah Rasulullah SAW hingga terlihat gerahamnya. Dalam
riwayat lain lelaki itu adalah Miqdad bin Al-Aswad r.a. (Al-Haitsami:
5/201).
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW selalu memotivasi para
sahabatnya untuk memimpin melalui sikap dan beliau terus mengontrol
perkembangannya. Kepemimpinan harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan
dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil dan mulai saat
ini. Pemimpin hendaknya jangan menunda suatu pekerjaan karena hal itu
akan mengakibatkan terbengkalainya suatu pekerjaan
Latihan Memilih.
Dalam konsepsi kepemimpinan, seorang pemimpin terpilih melalui beberapa cara:
- Pemimpin yang memenangkan dengan jumlah suara terbanyak.
- Pemimpin yang terpilih secara langsung.
- Pemimpin yang diangkat, dan
- Pemimpin tanpa menggunakan cara-cara di atas dikarenakan tidak ada pemimpin yang definitif.
Hasil studi menyatakan bahwa yang terbik dalam pelaksanaan tugas
adalah pemimpin yang dipilih secara langsung, selanjutnya pemimpin yang
memegang suara terbanyak, lalu selanjutnya pemimpin yang diangkat.Oleh
karena itu, pelatihan adalah cara yang terbaik dalam penggemblengan
sosok pemimpin. Sosok yang terbaik adalah sosok yang dipilih, karena
bawahan akan menerima sang pemimpin jika mereka memilihnya sebagai orang
yang layak di posisi tersebut karena kemampuannya. Ia terpilih secara
spontanitas tanpa harus berambisi besar dan berkopetensi dengan yang
lain untuk meraih tampuk kepemimpinan. Karenanya seluruh sarana pengaruh
efektif lebih bermanfaat baginya. Atas dasar itulah ia sangat peduli
dengan watak dan perilakunya.