Model Sumber Daya Manusia
Kemudian
para teoritis seperti Mc. Gregor dan Maslow, dan para peneliti seperti
Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi,
dan mengemukakan pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk
memanfaatkan para karyawan. Model ini menyatakan bahwa para karyawan
dimotivasi oleh banyak tidak hanya uangatau keinginan untuk mencapai
kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh
pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan orang telah
dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak
secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat
menyenangkan. Mereka mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai
pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para
karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan
keputusan – keputusan dan pelaksanaan tugas – tugas.
Para
manajer dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan sumber
daya manusia secara bersama. Dengan bawahannya manajer cenderung
menerapkan model hubungan manusiawi. Mereka mencoba untuk mengurangi
penolakan bawahan dengan perbaikan moral dan kepuasan. Bagi dirinya
sendiri, manajer akan lebih menyukai model sumber daya manusia. Mereka
merasa kemampuannya tidak digunakan secara penuh oleh sebab itu mereka
mencari tanggung jawab yang lebih besar dari atasan – atasan mereka.