Teori Motivasi dalam Manajemen SDM
Pengertian Motivasi
Salah
satu aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya
perangsang) kepada pegawai, dengan istilah populer sekarang pemberian
kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan
pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa
setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan,
diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha
untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan
motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang
kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan
segala daya dan upayanya (Manulang , 2002).
Menurut The Liang Gie Cs. (Matutina dkk ,1993)
bahwa pekerjaan yang dialakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan
inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain (pegawai) untuk
mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk
mengingatkan orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat
mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena
itu seorang manajer dituntut pengenalan atau pemahaman akan sifat dan
karateristik pegawainya, suatu kebutuhan yang dilandasi oleh motiv
dengan penguasaan manajer terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi
oleh motiv, maka manajer dapat mempengaruhi bawahannya untuk bertindak
sesuai dengan keinginan organisasi.
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan
kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau
melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan
desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan
kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu
tak lain adalah pengertian yang mendalam tentang manusia.
Motivasi
berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere,
yang berarti “mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam
bukunya Martoyo (2000) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang
menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang
sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial,
guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi
dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan
upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah
konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan demikian
motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau
hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang
untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).
Manusia
dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan
sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya
memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti
untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan
sebagainya.
Menurut Martoyo (2000)
motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat
kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi adalah suatu
faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula
sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang
dilakukan oleh seorang manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang
mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini
sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa
adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja sama bagi
kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para
karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi
atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi
tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan
imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut
insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam
bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian,
penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999).
Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986)
dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan,
imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi
mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau
activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian
kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Ada
definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan :
- Pengaruh perilaku.
- Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan.
- Persistensi
perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan
pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970).
Teori
motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan
(content theory) dan teori proses (process theory). Teori ini dikenal
dengan nama konsep Higiene, yang mana cakupannya adalah:
1. Isi Pekerjaan.
Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi :
Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang
dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya,
pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi
individu.
2. Faktor Higienis.
Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah,
kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara
pribadi, kualitas supervisi.
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
Teori Motivasi Kepuasan.
Teori
yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari
faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini
didukung juga oleh para pakar seperti Taylor yang mana teorinya dikenal
sebagai Teori Motivasi Klasik. Teori secara garis besar berbicara bahwa
motivasi kerja hanya dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik
secara biologis maupun psikologis. Yaitu bagaimana mempertahankan
hidupnya. Selain itu juga
Teori
Hirarki Kebutuhan (Need Hirarchi) dari Abraham Maslow yang menyatakan
bahwa motivasi kerja ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
kerja baik secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi
maupun non-materi.
Secara
garis besar tersebut teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari yang
rendah ke yang paling tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah
merasa puas, karena kepuasannya bersifat sangat relatif maka disusunlah
hirarki kebutuhan seperti hasrat menyususn dari yang teruraikan sebagai
berikut:
- Kebutuhan
pokok manusia sehari-hari misalnya kebutuhan untuk makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan fisik lainnya (physical need).
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah, apabila sudah
terpenuhi maka diikuti oleh hirarki kebutuhan yang lainnya.
- Kebutuhan
untuk memperoleh keselamatan, keselamatan, keamanan, jaminan atau
perlindungan dari yang membayangkan kelangsungan hidup dan kehidupan
dengan segala aspeknya (safety need).
- Kebutuhan
untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan
mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, menjadi anggota kelompok pergaulan yang lebih
besar (esteem needs).
- Kebutuhan
untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman, dan kemasyuran
sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya
dengan hasil prestasi yang luar biasa (the need for self actualization).
Kebutuhan tersebut sering terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari
melalui bentuk sikap dan prilaku bagaimana menjalankan aktivitas
kehidupannya (Zainun , 1997).
- Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan (esteem need).
Teori Motivasi Proses.
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan
organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh
si pekerja.
Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti :
- Teori Harapan (Expectancy Theory), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan Pertautan (Instrumentality).
- Teori Keadilan (Equity Theory), hal
ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di
dalam lingkungan perusahaannya.
- Teori Pengukuhan (Reinfocement Theory), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian kompensasi.
Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation) dari McClelland
Teori ini
menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat
dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang
yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja adalah :
- Kebutuhan akan prestasi dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
- Kebutuhan akan
kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang berprilaku dalam suatu cara
yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian.
Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib (Robbins , 1996)
Teori X dan Y dari Mc. Gregor.
Teori
ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas
dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang menganut
teori Y.
Pada asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti karyawan
rata-rata malas bekerja, karyawan tidak berambisi untuk mencapai
prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari tanggung jawab,
karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi, karyawan lebih
mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan pada asumsi teori Y
menggambarkan suatu kondisi seperti karyawan rata-rata rajin bekerja.
Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan
tidak betah karena tidak ada yang dikerjakan, dapat memikul tanggung
jawab, berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi, karyawan berusaha
untuk mencapai sasaran organisasi (Robbins dalam bukunya Umar, 2000).
Dalam
hal ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau
faktor yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Maka
pembinaan terhadap sumber daya manusia tidak pada penyelenggaraan
latihan (training) saja, tetapi juga didukung dengan pengembangan atau
pembinaan selanjutnya (development).
Menurut
Mitchell (dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi adalah
memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara
motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab
perilaku; andai kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah
berupa kinerja tinggi.
Prestasi Kerja
Pengertian Prestasi Kerja
Faktor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang
organisasi adalah kemampuan mengukur baik karyawan-karyawannya berkarya
dan menggunakan informasi. Prestasi kerja yang didapatkan oleh para
pekerja organisasi perusahaan merupakan suatu harapan yang mutlak, dan
tidaklah mudah untuk mendapatkannya karena banyak kriteria-kriteria
serta usaha yang keras yang akan dijalani atau dilalui oleh para pekerja
tersebut. Motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan
pribadi, dan meningkatkan kemampuan dimasa mendatang dipengaruhi oleh
umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan kinerja yang
akan datang.
Orang-orang yang termotivasi untuk berprestasi, memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut:
- Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
- Orang-orang yang berprestasi tinggi juga
menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain seperti misalnya
kemanjuran.
- Mengidentifikasikan mereka yang berprestasi
tinggi, adalah bahwa mereka menginginkan lebih banyak umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka
yang berprestasi rendah.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan pengukuran yang
sistematik terhadap penampilan kerja karyawan itu sendiri dan terhadap
taraf potensi karyawan dalam upayanya mengembangkan diri untuk
kepentingan perusahaan/ organisasi. Menurut (Martoyo , 2000) penilaian
prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Apabila penilaian
prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik tertib dan benar, maka
akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus juga
meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para karyawan.
Penilaian prestasi kerja (Perpormance Apprasial) ini pada dasarnya
merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi
secara efektif dan efisien.
Pembinaan dan pengembangan
terhadap para karyawan adalah salah satu kegiatan dalam rangka
menyesuiakan diri dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi, baik
bagi para karyawan lama maupun bagi karyawan yang baru. Dalam
melaksanakan pembinaan dan pengembangan karier para karyawan, maka perlu
dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
para karyawan. Menurut (Soeprihanto , 1998) penilaian prestasi kerja
adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui sejauh
mana seorang karyawan telah melaksanakan perkerjaannya masing-masing
secara keseluruhan.
Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Prestasi kerja tersebut sangat erat hubungannya dengan masalah
latihan dan pengembangan, perencanaan karier/ kenaikan pangkat maupun
masalah pengupahan. Oleh karena itu informasi secara rutin tentang
prestasi kerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta
menentukan kebijaksanaan dibidang personalia.
Secara terperinci, tujuan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
- Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin
- Untuk digunakan sebagai dasar
perencanaan bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi
kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
- Dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan dan pemberdayagunaan karyawan seoptimal mungkin;
sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang kariernya atau
perencanaan karier, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.
- Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
- Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi kerja dalam bekerja.
Elemen-elemen Pokok Sistem Prestasi Kerja
Peranan Dari Faktor-faktor Motivasi Dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Mulai dari adanya manusia di muka bumi, motivasi tersebut sudah ada
bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya (selama manusia
hidup). Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi, pada masa
sekarang ini motivasi tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak
asing lagi, dan karenanya menjadi perhatian dari para manajer dalam hal
mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset penting bagi
organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat
penting di dalam penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup
organisasi adalah tingkat kemampuan dan keterampilan dari para
pekerjanya.
Tetapi
secara kenyataannya tidak semua karyawan yang memiliki kriteria
tersebut sesuai dengan harapannya dan juga terdapatnya pekerja yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki
semangat kerja yang tinggi, maka dengan demikian organisasi tersebut
belum menciptakan kualitas kerja yang baik atau prestasi kerja yang
sesuai dengan harapannya.
Secara
garis besar semua organisasi memiliki kepentingan serta tujuan yang
berbeda-beda sama seperti yang dimiliki oleh organisasi. Maka perhatian
dari para manajer organisasi atau perusahaan sangat diperlukan guna
meningkatkan kualitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki, agar
dapat mencapai tujuan dan dapat bersaing.
Disamping itu juga terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alat
pemotivasian karyawan atau pekerja sehingga mereka dapat terdorong dan
semangat dalam melaksanakan pekerjaannya diantaranya adalah:
- Melibatkan atau mengikutsertakan dengan maksud
mengajak karyawan untuk berprestasi secara efektif dalam proses operasi
dan produksi organisasi.
- Komunikasi, yaitu melakukan penginformasian
secara jelas terhadap tujuan yang ingin dicapai, cara-cara pencapaian
dan kendala yang sekiranya akan dihadapi.
- Pengakuan, yang pada dasarnya berupa pemberian
penghargaan dan pengakuan yang tepat dan wajar kepada karyawan atas
prestasi kerja yang dicapai.
- Wewenang pendelegasian, yaitu berkaitan dengan
pendelegasian sebagai wewenang dan kebebasan untuk mengambil keputusan
serta kreatifitas karyawan.
- Perhatian timbal balik, yaitu berkaitan dengan
pengungkapan atas harapan dan keinginan pemilik atau pemimpin dan
pengelola organisasi pada karyawan serta memahami, memperhatikan dan
berusaha memenuhi kebutuhan karyawannya.
Karena
melibatkan individu dan organisasi, maka hal tersebut merupakan suatu
kerumitan dalam memotivasi pekerja untuk dapat bekerja sesuai dengan
harapan. Hal ini mengingatkan bahwa terdapatnya faktor-faktor yang
bersumber dari karyawan seperti kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
sikap, dan kemampuan. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari
organisasi itu sendiri seperti, pembayaran atau gaji, keamanan pekerja,
hubungan sesama pekerja, pengawasan, pujian-pujian, dan pekerjaan itu
sendiri.